Sumpah pemuda 28 Oktober 1928 menjadi pengikat bagi kelanjutan perjuangan mencapai kemerdekaan pada tahun 1945. Para pemuda meneguhkan hati untuk memperkokoh bangunan berbangsa dan bernegara dengan bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa yang satu. Kekuatan dari kebulatan tekad pemuda kala itu menjadi inspirasi sekaligus pemersatu pembangunan kaum muda hari ini.
Kebulatan tekad pemuda 82 tahun yang lalu tersebut terus menginspirasi gerakan kaum muda dalam merajut bangunan berbangsa dan bernegara yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah dicapai tentu saja tidak bisa dilepaskan begitu saja dari peran kaum muda sebagai pencetus sekaligus pewaris bangsa Indonesia.
Perjuangan para pemuda tidak hanya berhenti setelah mencapai cita-cita kemerdekaan. Pergulatan dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaaan menjadi dinamika tersendiri bagi ranah perjuangan para pemuda Indonesia. Tuntutan dan pesan luhur bagi pemuda akan terus memiliki nilai keberlanjutan dari masa ke masa dengan tantangan dan dinamikanya tersendiri.
Setiap jaman melahirkan generasi muda yang berbeda-beda. Kaum muda kemudian dihadapkan pada pilihan-pilihan dan salah satunya adalah kekuasaan. Tidak sedikit kaum muda yang kemudian masuk dalam ranah kekuasaan yang pada akhirnya bergelut dengan berbagai kepentingan kekuasaan dan politik. Berbagai generasi akhirnya terjebak kepada pola kerja dan tuntutan kekuasaan sehingga tidak jarang terjadi benturan idealisme dan kepentingan.
Idealisme Pemuda
Idealisme pemuda seharusnya mampu membawa bangsa ini menuju perbaikan dan kemajuan dalam berbagai sektor kehidupan. Lingkaran kekuasaan baik eksekuif, legislatif, dan yudikatif terlalu banyak membawa kepentingan sehingga terus menggerogoti idealisme dan melunturkan karakter kaum muda.
Tidak saja di lingkaran kekuasaan, kaum muda yang kemudian memilih jalur-jalur profesional pun tergerus oleh kompetisi global yang semakin menghimpit berbagai sektor-sektor kehidupan. Dan perjuangan kaum muda pun perlu merevitalisasi pola pembangunan karakter untuk menghadapi persaingan tersebut.
Lunturnya idealisme dan karakter kaum muda tersebut bisa saja karena tidak dipersiapkannya kompetensi sebagai bekal kaum muda dalam menghadapi persaingan global. Kompetensi yang sedikit kemudian melunturkan karakter kaum muda yang berimbas pada daya juang dan semangat kaum muda secara umum.
Kemandirian Ekonomi
Lunturnya idealisme kaum muda dalam perjuangan tidak bisa lepas dari benturan kebutuhan ekonomi. Di tengah kompetisi global, kaum muda tidak cukup hanya berbekal idealisme semata. Idealisme perlu dibarengi dengan kemandirian sehingga mampu menciptakan kaum muda yang berdikari secara ekonomi.
Tuntutan kemandirian secara ekonomi, bagi penulis, perlu dilakukan oleh kaum muda hari ini untuk meneruskan kebulatan tekad perjuangan mencapai kemerdekaan yang telah dilakukan oleh para pemuda 82 tahun lalu. Konteks hari ini telah menuntut adanya kekuatan ekonomi yang harus dimiliki untuk meneruskan cita-cita sehingga kemandiran bangsa terus dapat dijaga.
Soekarno, Presiden pertama RI menyampaikan tiga hal yang perlu dilakukan untuk mencapai bangsa yang mandiri. Ketiga hal tersebut kemudian dikenal dengan trisakti; (1) berdaulat secara politik, (2) berdikari secara ekonomi, (3) berkepribadian secara sosial budaya. Soekarno menekankan ketiga hal tersebut sebagai bagian yang saling terkait untuk mencapai kemandirian bangsa.
Kaum muda sudah seharusnya merenungkan makna dari trisakti tersebut sebagai inspirasi untuk mampu membangun kekuatan ekonomi, politik, dan sosial budaya sebagai karakater kaum muda yang tidak tergoyahkan. Berdikari secara ekonomi, bagi penulis dalam konteks hari ini merupakan kekuatan untuk mampu mencapai kedaulatan politik, dan kepribadian sosial budaya.
Dengan berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan memiliki kepribadian secara sosial budaya, idealisme kaum muda tidak akan mampu ‘dibeli’ dengan berbagai kepentingan. 82 tahun sumpah pemuda merupakan refleksi bagi bangsa Indonesia khususnya kaum muda untuk terus merevitalisasi nilai-nilai sumpah pemuda guna membangun kaum muda yang berkarakter.
Sudah saatnya kaum muda terbangun dari romantisme masa lalu dan bangkit dalam realitas hari ini; memperkuat karakter dan membangun kompetensi. Hal inilah yang akan mampu mengantarkan kehidupan mandiri dalam negara demokrasi yang berdasarkan hukum dan berkeadilan sosial. #