Pekan ini umat Hindu Indonesia merayakan hari raya Nyepi tahun baru saka 1932. Seperti biasanya berbagai rangkaian kegiatan untuk menyambut perayaan Nyepi dilakukan, seperti Melasti hingga Dharma Santi. Hari raya Nyepi jatuh pada tanggal 16 Maret 2010 mendatang. Pada hari tersebut umat Hindu akan melaksanakan brata penyepian.
Pada saat Nyepi tersebut, umat Hindu melakukan amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungaan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak berpoya-poya/ tanpa hiburan).
Diharapkan melalui brata penyepian tersebut, umat Hindu dapat menemukan jati diri untuk melangkah lebih baik lagi pada tahun berikutnya. Melalui kontemplasi yang penuh makna untuk mencapai kesadaran diri, umat Hindu berharap terwujudnya kedamaian diri, bangsa dan negara.
Tentu saja kedamaian menjadi harapan setiap umat manusia karena dengan damai dapat terwujud sinergi untuk saling mengisi dalam aktivitas apapun. Dan berangkat dari kesadaran serta kedamaian dalam diri ini kita dapat melangkah lebih luas lagi untuk menciptakan kesejahteraan baik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kedamaian untuk Negeri
Makna Nyepi tidak saja untuk ketenangan diri, melainkan juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi. Melalui kesadaran diri diharapkan dapat memberikan dampak bagi pembangunan masyarakat sekitar. Dengan demikian akumulasi kesadaran dan kedamaian diri memberi dampak bagi pembangunan negeri.
Tercapainya kedamaian negeri akan mengantarkan kesejahteraan bagi masyarakat. Akhir-akhir ini kondisi politik-lah yang membuat suasana negeri kian ‘panas’. Setiap hari masyarakat selalu disuguhkan sajian media terkait dengan kondisi perpolitikan negeri. Kondisi ini tentu saja sedikit melupakan kemajuan sektor lainnya seperti ekonomi, budaya, maupun pertahanan keamanan.
Hasilnya, banyak sektor yang mengalami gangguan, pun pemerintah tentu saja akan sulit untuk fokus pada program-program pro masyarakat. Bila kondisi ini berlarut-larut akan sangat susah untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini bisa saja terjadi sebab masing-masing pihak hanya berupaya untuk mempertahankan kondisi saat ini saja tanpa melihat keberlangsungan masa depan. Untuk itu perenungan yang dalam perlu dilakukan elit bangsa ini untuk melihat dan melangkah bersama memajukan negeri.
Politik Mendominasi
Beberapa minggu lalu, konstelasi politik nasional menjadi sorotan tajam terkait dengan kasus Bank Century. Kondisi ini mengantarkan puncaknya pada rapat paripurna DPR RI. Tentu saja lobi-lobi politik dilakukan begitu kencang terkait pilihan-pilihan keputusan yang diambil. Pun pasca paripurna DPR RI tersebut masih berlanjut kepada hangatnya kondisi perpolitikan di Indonesia.
Tentu saja kondisi-kondisi lainnya seolah tidak mendapat perhatian serius sehingga berpotensi mengalami kemunduran. Bila fokus dan stabilitas nasional didominasi oleh ramainya politik, dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi perekonomian yang muaranya akan semakin memperbesar jurang kemiskinan.
Dengan kondisi bangsa dan negara yang sedang merajut pembangunan menuju perekonomian yang kuat, sulit rasanya bila tidak dimulai dari kuatnya perekonomian berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan masa yang akan datang. Dengan kuatnya perekonomian, negara dan pemerintah dapat memberikan manfaat yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Melalui momentum ini sudah saatnya kita bersama-sama membangun berbagai sektor kehidupan dengan semangat politik kebersamaan untuk memajukan masyarakat Indonesia. Politik kebersamaan ini mengutamakan kepentingan bangsa dan negara menuju kesejahteraan masyarakat dalam bingkai demokrasi dan keadilan sosial.
Rasanya makna Nyepi dalam perenungan dan intropeksi sangat relevan untuk merajut kebersamaan membangun negeri. Melalui intropeksi diri sudah saatnya kita bersama-sama berbuat dan bertindak untuk kepentingan bersama, bukan lagi untuk kekuasaan semata. Keanekaragaman budaya, suku, agama, dan masih banyak lagi yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan tali untuk mempererat ikatan kebersamaan. Saatnya tenangkan diri, membangun negeri, mari Nyepi…
Wayan Sudane
Peminat Social Responsibility; Ketua DPN Peradah Indonesia
Tulisan dimuat di Lampung Post
