Demokrasi yang Bermartabat

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada 9 Juli 2014 merupakan momentum untuk menentukan arah bangsa Indonesia, minimal dalam lima tahun ke depan. Momentum ini merupakan wujud dari proses demokrasi yang berlangsung pasca reformasi yang bergulir sejak 1998. Kita berharap kepada presiden dan wakil presiden yang dipilih secara langsung oleh warga mampu membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.

Dalam pemilu presiden dan wakil presiden 2014 ini terdapat dua kubu atau dua pasangan calon yaitu nomor urut satu pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, dan pasangan nomor urut dua Joko Widodo – Jusuf Kalla. Masing-masing kubu sama-sama membangun basis kekuatan baik melalui tawaran visi misi dan program, maupun penggalangan massa secara tradisional.

Pada tataran normatif, program -program masing calon cukup berimbang sebagai janji dalam menarik para calon pemilih. Namun demikian, pada tataran realisasi, berbagai janji program yang terdapat dalam visi misi para calon masih perlu waktu untuk melihatnya. Kita dapat melihat berbagai rekam jejak masing-masing pasangan yang telah bekerja cukup lama untuk bangsa ini.

Misalnya saja para calon wakil presiden, Hatta Rajasa sebagai menteri koordinator perekonomian dan menteri beberapa kali dalam kabinet di Indonesia. Begitu juga Jusuf Kalla yang telah melalui berbagai kabinet baik menteri sampai dengan wakil presiden para masa pemerintahan SBY 2004 – 2009. Tak kalah juga dengan para calon presidennya. Baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo sama-sama mengklaim telah bekerja untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.

Sekarang, pilihan diserahkan kepada para warga sebagai pemegang suara yang menentukan masa depan bangsa untuk memilih pemimpinnya. Satu komitmen warga negara yang harus dipegang adalah kebijaksanaan untuk menerima hasil dari pesta demokrasi ini. Mengingat hanya terdapat dua pasang calon, persaingan cukup ‘keras’ dan head to head, kita sebagai warga dalam negara demokrasi harus berkomitmen menjaga proses demokrasi ini secara legowo.
Ya, legowo. Kubu yang memperoleh suara lebih banyak untuk tetap menghargai kubu ‘lawan’. Sebaliknya kubu yang belum beruntung untuk menghormati pilihan warga. Karena esensi dari demokrasi adalah kebersamaan dan persaudaraan sesama warga negara bangsa Indonesia.

Mari kita wujudkan demokrasi yang bermartabat untuk Indonesia… selamat memilih !
[ws, 1 Juli 2014]

share yuk:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *